Merawat Nilai-nilai Spiritual di Tengah Masyarakat, Warga Anggilowu Gelar Prosesi “Kaintarano Sikuno Lebe”

Kendari, Sorotsultra.com-Pemerintah Kelurahan Anggilowu melaksanakan kegiatan “Kaintarano Sikuno Lebe” atau pengukuhan pegawai sara (Imam Kampung) yang digelar di masjid Shirathal Mustaqim, RT II/RW I. Kamis, 28/7/2022 malam.

Pelaksanaan kegiatan ini sebagai wujud melestarikan dan menjaga tradisi suku Muna dan merawat nilai-nilai spiritual di tengah masyarakat di Kota Kendari, dan lebih khusus lagi bagi warga di Kelurahan Anggilowu, Kecamatan Mandonga.

“Alhamdulillah acara pengukuhan lima pegawai sara atau imam kampung yang terdiri dari Imam, khatibi, dan modji berjalan dengan baik. Prosesi pengukuhan ini dipimpin oleh seorang imam yang dituakan dimana kelima orang calon imam kampung duduk diatas sehelai kain kafan kemudian mengikuti arahan dari imam,” kata Gamal salah satu tokoh masyarakat yang juga Ketua RT II/RW I, Kelurahan Anggilowu.

Gamal menambahkan, kelima pegawai sara ini disyaratkan wajib menghatamkan Al Quran minimal 20 juz. 

“Dari beberapa syarat yang harus di penuhi bagi setiap calon imam kampung, salah satunya setiap calon pegawai sara wajib khatam 20 juz Al Qur’an. Syaratnya memang tidak mudah, karena kelima imam kampung ini memiliki peran penting ditengah-tengah masyarakat yang berkaitan dengan sosial keagamaan. Dan pembentukan pegawai sara ini berdasarkan hasil kesepakatan warga,” jelasnya.

Baca Juga :  Launching Polri TV-Radio, Kapolri: Transparansi Menuju Polri yang Presisi

“Kita harus mengakui bahwa selama ini iman kampung kita cuma ada satu orang saja sehingga untuk melakukan pelayanan kepada warga sangat terbatas, apalagi imam kampung yang ada saat ini juga sudah berusia lanjut, dan perlu ada regenerasi dalam melayani masyarakat tanpa pamrih,” ujarnya memungkasi.

Secara terpisah, Lurah Anggilowu Hery, S.Si., M.Si memberikan apresiasi atas terselenggaranya prosesi adat “Kaintarano Sikuno Lebe” atau imam kampung.

“Kami selaku Pemerintah Kelurahan Anggilowu sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini dan kegiatan seperti ini harus kita dorong sebagai upaya pelestarian adat istiadat khususnya suku Muna yang saat ini sudah mulai tergerus oleh modernisasi,” tutur Hery. 

Hery berharap, kegiatan seperti ini bisa di praktekkan di wilayah kelurahan lainnya di Kota Kendari.

“Saya kira hal-hal seperti ini sangat positif sebagai upaya bersama menjaga kelestarian budaya kita, juga sebagai upaya memperkenalkan budaya kita kepada anak-anak kita yang saat ini telah digempur perkembangan teknologi secara masif, sehingga terkesan generasi masa kini sudah hampir melupakan budaya nenek moyang kita,” harapnya. (RED)

Berita Terkait