SOROTSULTRA.com, Muna-Semangat pelestarian budaya dan jejak sejarah kembali digaungkan melalui gelaran Festival Kaghati Kolope 2025 yang akan berlangsung selama sepekan penuh, dari tanggal 11 hingga 18 Juli 2025, di Desa Liangkobori, Kabupaten Muna.
Festival ini menjadi simbol penting dalam upaya merawat dan menghidupkan kembali warisan budaya leluhur yang kaya dan bernilai tinggi.
Dengan mengusung tema “Lestarikan Budaya Leluhur, Daseise Lalo Damowanu Liwu”, festival ini mengambil tempat di kawasan bersejarah Penataran Goa Liangkobori, salah satu situs prasejarah terpenting di Sulawesi Tenggara yang terkenal dengan ratusan lukisan dinding purba.
Kegiatan ini akan menyatukan aspek budaya, pendidikan, dan pariwisata dalam satu rangkaian acara yang melibatkan komunitas lokal, seniman, peneliti, hingga wisatawan.
Pelaksanaan Festival ini diinisiasi oleh pemerintah desa yang sudah berjalan selama 3 tahun berturut-turut, dan pada tahun ini pemerintah desa berkolaborasi dengan Gerakan Turun Tangan Kendari.
Koordinator Umum Gerakan Turun Tangan Kendari, La Ode Faykun Maidhani, menyampaikan bahwa acara ini bukan sekadar perayaan seremonial, melainkan bentuk nyata dari gerakan kebudayaan akar rumput yang bersifat partisipatif dan inklusif.
“Festival Kaghati Kolope bukan hanya tentang kesenian atau hiburan, tapi tentang memaknai ulang siapa kita sebagai masyarakat Muna. Kami ingin membuka ruang perjumpaan antara generasi muda dan warisan leluhur, agar sejarah tidak hanya tinggal di masa lalu, tapi hidup dalam praktik kehidupan sehari-hari,” ujarnya, Sabtu, 31 Mei 2025.
Festival ini akan diramaikan dengan berbagai kegiatan seperti pembuatan dan penerbangan kaghati (layang-layang dari daun kolope yang menjadi simbol budaya agraris Muna), pentas seni tradisional, pameran tenun dan kerajinan lokal, diskusi budaya, berbagai lomba tradisional serta tur edukatif ke dalam Goa Liangkobori. Para pengunjung juga akan diajak menyaksikan langsung kearifan lokal.
Kepala Desa Liangkobori, Farlin, S.H, menyambut baik antusiasme masyarakat dan kolaborasi lintas pihak dalam menyukseskan festival ini. Ia menekankan pentingnya festival sebagai sarana penguatan identitas desa dan upaya pengembangan desa wisata berbasis budaya.
“Kami bangga karena Liangkobori bukan hanya menyimpan peninggalan sejarah, tapi juga semangat hidup masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur. Festival ini menjadi bukti bahwa desa kami siap membuka diri, berbagi budaya, sekaligus mengundang siapa pun untuk datang dan belajar bersama,” jelas Farlin.
Festival ini mendapat dukungan dari berbagai pihak seperti pemerintah daerah, Pemerintah Provinsi Sultra, komunitas adat, akademisi, media serta akan didukung oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Tujuannya bukan hanya mempromosikan potensi wisata budaya, tetapi juga memperkuat narasi sejarah yang selama ini belum banyak diketahui secara luas.
Dengan gelaran Festival Kaghati Kolope 2025, masyarakat Desa Liangkobori menunjukkan bahwa warisan budaya bukan sekadar untuk dikenang, tetapi untuk dilestarikan, dirayakan, dan diwariskan. Festival ini diharapkan menjadi agenda tahunan yang mampu mengangkat citra budaya Muna ke tingkat nasional bahkan internasional, sekaligus menguatkan posisi Desa Liangkobori sebagai pusat edukasi sejarah dan budaya di Sulawesi Tenggara. (RED)
Komentar