Dari Puncak Wawo Lantambaga, Sang Saka Merah Putih Berkibar dengan Gagah

Konkep, Sorotsultra.com-Hujan yang turun selepas subuh masih menyisakan rintik, menyisakan aroma tanah basah yang masih tercium segar. Daun-daun tua berjatuhan satu persatu dari ranting pohon akibat tertiup angin pagi. Pada sebidang tanah lapang di belakang bangunan kayu beratap dan berdindingkan  terpal biru, sekira dua puluh orang berkumpul membentuk barisan.

Sebatang kayu koto seukuran betis orang dewasa berdiameter sepuluh meter kokoh tertancap. Mereka yang berkumpul di pagi yang dingin itu telah bersiap akan merayakan upacara detik-detik proklamasi peringatan Kemerdekaan RI yang ke 77.

Mereka adalah karyawan PT. Gema Kreasi Perdana (GKP), bagian eksplorasi juga  karyawan kontraktor eksplorasi. Bangunan terpal biru itu adalah tempat kediaman mereka. Kamp Garuda namanya.

Kayu koto yang tertancap di sisi utara dekat dengan sebatang kayu agatis tua yang sudah roboh itu menjadi tiang bendera. Sehari sebelumnya para petugas upacara sudah dibagi. Ada yang bertindak sebagai penggerek bendera, pembaca teks Pancasila dan UUD 1945. Dan bertindak selaku pemimpin upacara adalah Ernawan Jatmiko, ia merupakan pimpinan ekplorasi di kamp Garuda.

Baca Juga :  Irfan Berhasil Ditangkap Polres Kendari, Fadli Masih Buron

Suasana khidmat semakin terasa di lubuk sanubari para peserta upacara saat lagu Indonesia Raya di nyanyikan, bersamaan dengan bendera merah putih di kibarkan naik dari kamp Garuda, di puncak Wawo Lantambaga.

“Meski bukan dalam suasana yang riuh seperti di tempat lain, dan dalam kondisi serba terbatas tidak menyurutkan semangat kami untuk tetap merayakan upacara HUT Kemerdekaan ke 77. Dalam suasana seperti ini, diharapkan lebih merenungi bagaimana perjuangan para pahlawan terdahulu dalam merebut kemerdekaan dengan mengorbankan darah, air mata dan nyawa mereka,” kata Jatmiko dalam sambutannya, Kamis, 18/8/2022.

Lebih lanjut dia menegaskan, tugas kita sebagai generasi penerus saat ini adalah menjaga amanah kemerdekaan dari para pendahulu kita dengan melakukan aktivitas yang memberi manfaat bagi banyak orang.

Lebih jauh, Jatmiko menyampaikan tentang filosofi Garuda yang menjadi lambang negara, sekaligus dijadikan nama tempat kamp eksplorasi dan perayaan kemerdekaan dilangsungkan.

Burung Garuda yang konon hidup pada abad ke 6 tersebut, melambangkan kekuatan, kemegahan dan kejayaan. Memiliki bulu sayap berjumlah 17, bulu ekor 8, bulu pangkal dan leher masing-masing berjumlah 19 dan 45, melambangkan hari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Baca Juga :  Hotel Cemara Kemaraya Hampir Habis Dilalap Api

“Filosofi dan nilai burung Garuda yang harus kuat tertanam dalam diri kita semua, semangat para pejuang bergerilya, melewati hutan, gunung dan lembah. Ini harus menjadi dasar dan semangat kita dalam melakukan aktivitas,” ucapnya memberi semangat.

Tak lupa ia berpesan kepada peserta upacara, untuk tetap menjaga keselamatan kerja, mengikuti standar kerja dalam industri pertambangan.

Dalam kegiatan pertambangan, aktivitas eksplorasi memiliki peran vital. Aktivitas ini menjadi mata jalan, bagi pemegang izin usaha melakukan kegiatan pertambangan. Dari hasil eksplorasi, potensi dan cadangan sumber daya alam didalam perut bumi bisa diketahui.

Aktivitas eksplorasi, seperti para gerilyawan zaman perjuangan. Mereka melewati hutan dan mendaki gunung, bermukim di tengah hutan, dalam jangka waktu yang tidak singkat. Dari hasil eksplorasi, kegiatan pertambangan selanjutnya baru bisa dilaksanakan.

“Semangat Garuda dan Sang Saka Merah Putih, harus menjadi pegangan bagi kita, dalam melakukan kegiatan kita sehari-hari. Kita bisa merayakan Kemerdekaan, merah putih bisa berkibar, karena berkat jasa para pejuang terdahulu,” pungkas Jatmiko mengakhiri sambutannya pada kegiatan upacara HUT RI ke 77. (RED)