Inflasi Sulawesi Tenggara Per Januari 2024, Kota Kendari dan Baubau

Kendari, Sorotsultra.com-Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara melaporkan, di bulan Desember tahun lalu terjadi Inflasi year on year (yoy) sebesar 2,58 persen pada gabungan dua kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sulawesi Tenggara yakni Kota Baubau 1,01 persen dan Kota Kendari 0,31 persen dengan IHK sebesar 118,84, Rabu (3/1).

“Secara bulanan (month to month/mtm) inflasi gabungan dua kota IHK sebesar 0,47 persen dan tingkat inflasi year to date (ytd) sebesar 2,58 persen,” kata Statistisi Ahli Madya BPS Sultra, Muhammad Amin, Selasa (2/12/2023) melalui siaran persnya.

Lebih lanjut, Muhammad Amin mengatakan, komoditas yang menyumbang inflasi tahunan atau year on year antara lain beras, angkutan udara, cabai rawit, rokok kretek filter, mobil, perguruan tinggi, rokok putih, ikan layang, ikan benggol, emas perhiasan serta sekolah menengah atas.

“Penyebab inflasi masih didominasi kebutuhan dasar seperti beras, cabai rawit, rokok kretek filter, mobil, perguruan tinggi, rokok putih, ikan layang, ikan benggol, emas perhiasan serta sekolah menengah atas dan angkutan udara,” katanya menambahkan.

Baca Juga :  Atal S Depari: Presiden Jokowi Pastikan Buka Kongres XXV PWI di Bandung

Dikatakannya, untuk penumpang angkutan udara domestik yang berangkat pada November 2023 tercatat sebanyak 53.322 orang atau turun 4,62 persen dibanding Oktober 2023 yang tercatat sebanyak 55.905 orang. Sedangkan jumlah penumpang yang datang pada November 2023 turun 4,35 persen dibandingkan Oktober 2023, dari 56.636 orang menjadi 54.171 orang.

Sementara, tingkat penghunian kamar (TPK) hotel bintang di Sulawesi Tenggara pada November 2023 tercatat sebesar 51,40 persen atau mengalami penurunan 2,08 poin dibandingkan dengan bulan Oktober 2023 yang tercatat sebesar 53,48 persen. Dan nilai tukar petani (NTP) Sulawesi Tenggara pada Desember 2023 tercatat 106,47 atau mengalami kenaikan sebesar 0,23 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 106,23.

Sementara untuk nilai ekspor Sulawesi Tenggara di bulan November 2023 mencapai 434,90 juta dollar AS atau turun 11,48 persen dibanding nilai ekspor pada Oktober 2023 yang tercatat mencapai 491,31 juta dollar AS. Sejalan dengan itu, volume ekspor November 2023 tercatat 294,20 ribu ton atau turun 17,57 persen dibanding volume ekspor bulan Oktober 2023 yang tercatat mencapai 356,92 ribu ton.

Baca Juga :  Edarkan Sabu 268 Gram, Pemuda Ambekairi Konawe Ditangkap Polisi

Penurunan terbesar ekspor Sulawesi Tenggara bulan November 2023 terjadi pada komoditas besi dan baja senilai 56,58 juta dollar AS atau turun sebesar 11,64 persen, dimana pada bulan Oktober 2023 sebesar 485,93 juta dollar AS turun menjadi 429,35 juta dollar AS di bulan November 2023. Ekspor Sulawesi Tenggara November 2023 didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar 432,98 juta dollar AS atau 99,56 persen,” ungkapnya.

Lanjutnya sementara nilai impor Sulawesi Tenggara November 2023 mencapai 169,70 juta dollar AS, naik 34,96 persen dibandingkan Oktober 2023 atau turun 16,83 persen dibandingkan November 2022. Volume impor di bulan November 2023 senilai 497,89 ribu ton, naik 44,70 persen dibandingkan Oktober 2023 atau naik 27,55 persen dibandingkan November 2022.

“Neraca perdagangan Sulawesi Tenggara pada November 2023 mengalami surplus 265,21 juta dollar AS,” pungkasnya.

Menjadi hal yang patut dipertanyakan, komoditas beras dan ikan adalah kebutuhan dasar masyarakat dimana, ini merupakan hasil lokal justru harganya melonjak. Disisi lain, nilai perdagangan expor berkurang dibanding impor, ini tidak berimbang.

Baca Juga :  Koperasi Kosara Kolaka Timur Jadi Kebanggaan Kadin Sultra, Sukarni Ali Madya: Luar Biasa

Lalu, di mana tanggung jawab pemerintah daerah dalam menekan laju inflasi. Dinas terkait dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) seperti tidak punya peran apa-apa.

Maka, kesimpulan sementara kebijakan fiskal Provinsi Sulawesi Tenggara dinilai gagal dalam mencapai kestabilan ekonomi di bumi Anoa.

Pemerintah mesti segera mengevaluasi kebijakan sektor pembangunan ekonomi daerah, termasuk melakukan evaluasi kepala dinas terkait yang kinerjanya kurang dan menyebabkan terjadinya inflasi. Demikian juga dengan 2 daerah yaitu Kota Kendari dan Kota Baubau.

Khusus di Kota Kendari. Dengan kepemimpinan Penjabat (Pj) Wali Kota Kendari yang baru tentunya ini menjadi tantangan sekaligus pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. (RED)