Inovasi Teknologi PUFF untuk Mengatasi COVID-19

Jakarta, Sorotsultra.com – PT. PUF Sains Lab., Nucleus Farma, dan Profesor Nidom Foundation, telah bekerja sama dalam pengembangan dan penggunaan formula BCL melalui teknologi PUFF untuk mengatasi COVID-19, Rabu (8/4/2020).

Formula BCL berfungsi sebagai receptor blocker untuk menghalau COVID-19, agar tidak menempel di paru-paru. Formula ini terdiri dari beberapa kandungan, yaitu BCL (Bromhexine Hydrochloride), Guaiphenisin, dan zat lainnya.

Keunggulan PUFF adalah mengadopsi teknologi Perforated Heating Plate (PHP) yang sudah dipatenkan. Pada teknologi ini, terdapat lubang-lubang di plat coil, sehingga akan menghasilkan panas yang lebih merata. Dengan demikian, aerosol uap yang dihasilkan dari alat PUFF lebih baik.

Prof. Chaerul Anwar Nidom, Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin Professor Nidom Foundation mengatakan, jika paru-paru sudah terinfeksi, akan sulit sekali untuk direhabilitasi. Apalagi saat ini belum ada obatnya, perawatan yang diandalkan sekarang adalah infus vitamin.

“Beberapa rumah sakit menggunakan chloroquine dan tambahan oksigen untuk respirasi. Oleh karena itu, terkait formula BCL, kami mendapat respons positif dari rekan-rekan dokter serta akademisi,” papar Nidom dalam laporannya.

Baca Juga :  Optimalkan PAD, Pemkot Kendari Gandeng Bank Sultra Pasang 100 Alat Perekam Pajak

Guru Besar Biologi Molekuler UNAIR itu menjelaskan, formula BCL bekerja dengan cara mengikat receptor virus corona di paru-paru, bukan mengganggu atau membunuh virusnya. Jika virus tidak menempel di receptor ACE2 paru-paru, maka virus tidak dapat berkembang biak dan akan mati dengan sendirinya.

“Kita tidak boleh hanya menggunakan konsep yang monoton dalam menghadapi COVID-19. Salah satu cara menangani virus ini yang diusulkan oleh teman-teman fakultas kedokteran adalah dengan mengendalikan receptor blocker,” tuturnya.

Di sini, formula BCL yang diaplikasikan melalui penguapan atau aerosol dapat digunakan oleh mereka yang berisiko tinggi terpapar COVID-19. Mereka adalah para dokter dan tenaga medis yang bertugas di garis depan, pasien atau penderita COVID-19, dan ODP (Orang Dalam Pengawasan).(RED).

sumber: www.marketeers.com