Intip Keunikan Acara Karyaha, Acara Sunatan Anak di Buton Utara

Buton Utara, Sorotsultra.com-Khitan menjadi salah satu amalan yang disyariatkan bagi umat muslim. Khitan telah disyariatkan jauh sebelum Nabi Muhammad SAW diutus. Menurut sejarahnya, khitan telah diperintahkan sejak zaman Nabi Ibrahim AS, Selasa (16/4).

Yuk, intip keunikan acara sirkumsisi (karyaha) di Desa Morindino, Kecamatan Kambowa, Kabupaten Buton Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara yang begitu panjang prosesinya untuk dilalui bagi anak-anak yang akan dikhitan.

“Banyak tahapan yang harus dilalui saat melaksanakan karyaha ini,” ungkap tokoh masyarakat Desa Morindino, Tasman.

Ia membeberkan, prosesi karyaha (sunatan) yang harus dilalui setiap anak yakni, pertama seorang anak yang akan di khitan harus melakukan posuo (hombona) atau pingitan selama dua malam atau bahkan bisa sampai satu pekan lamanya.

“Anak-anak ini dipingit lalu dimasukkan kedalam satu tempat atau kamar yang bertujuan agar tidak terpapar matahari secara langsung sehingga anak-anak ini tetap cantik dan ganteng sambil mendengar nasehat dari orang tua,” beber Tasman.

Seorang anak perempuan digendong setelah disunat.

Lebih lanjut dijelaskan Tasman, setelah melakukan Posuo atau pingitan, anak-anak tersebut akan dimandikan oleh orang tua adat, kemudian akan dipakaikan baju dan sarung.

Baca Juga :  Bakti Polri Peduli Covid-19, Polda Sultra Bagikan Nasi Dos, Paket Sembako Hingga Masker

“Setelah mandi, anak-anak tersebut akan dipakaikan baju dan sarung untuk disunat sambil diberikan nasehat bagaimana menata masa depan yang lebih baik sesuai dengan ketentuan syariat Islam seperti menghargai orang tua, dan menjalankan shalat 5 waktu,” ungkap Tasman.

Kemudian, anak yang telah disunat lalu digendong atau diarak (dipikul) untuk di antar ke rumah yang menjadi tempat pelaksanaan acara.

“Anak yang sudah disunat akan digendong atau dipikul dari rumah tempat dipingit ke rumah tempat hajatan yang disambut silat atau pangaru (tarian menggunakan alat senjata tajam). Setelah semua prosesi terlaksana, maka selanjutnya akan dilakukan doa bersama atau haroa dengan menyajikan hidangan makanan tradisional seperti waje, cucur, Lapa-lapa, pisang dan telur dalam sebuah wadah yang ditutup kain putih,” ujarnya. (RED)

Komentar

Berita Terkait