Alpen Sultra Peringati Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Kendari, Sorotsultra.com – Aliansi Perempuan (Alpen) Sulawesi Tenggara (Sultra) memperingati Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (16 HAKTP). Kegiatan yang dikemas dalam bentuk diskusi partisipatif itu diikuti sejumlah organisasi seperti Jarpuk Kendari, Rumah Andakara, GMNI-Sarinah, HMI Wati Kendari, IMMA Wati Kendari, Komunitas Berpikir Sehat serta Solidaritas Perempuan Kendari. Sabtu, 7/12/2019.

Hasmida Karim, Direktur Eksekutif Alpen Sultra saat ditemui usai kegiatan menuturkan, 16 HAKTP ini merupakan rangkaian kampanye dari gerakan masyarakat sipil khususnya organisasi perempuan. Kampanye 16 HAKTP ini juga menjadi ruang refleksi terhadap kerja-kerja penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan di Provinsi Sultra.

Dikatakannya, beberapa kasus kekerasan yang ada saat ini baik secara nasional maupun di Sultra sendiri, semakin marak kekerasan seksual terhadap anak, dan merupakan persentasinya di tahun 2019 paling tinggi.

“Sepanjang tahun 2019, kami mencatat terdapat 14 kasus kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak perempuan. Dari sejumlah kasus yang ditangani, mayoritas adalah kekerasan seksual pada anak perempuan yang terjadi di beberapa kabupaten/kota di Sultra,” jelas Hasmida.

Baca Juga :  Teken MoU dengan Kementan, Polri Siap Kawal Ketahanan Pangan Rakyat Indonesia

“Sementara, data kasus kekerasan yang dihimpun oleh unit P2TP2A Provinsi Sultra per Januari sampai Desember 2019, ada 62 kasus kekerasan terhadap perempuan. Adapun bentuk kekerasan yang terjadi mayoritas adalah kekerasan seksual dengan mencapai 37 kasus,” bebernya.

Oleh sebab itu, melalui kesempatan itu Hasmida mengajak rekan-rekan komunitas dan mitra jaringan untuk menjadi bagian dari kampanye 16 HAKTP yang mengangkat tema “Gerak Bersama, Bersama Kita Kuat” dalam mengajak publik agar lebih mengenali, peduli, dan berpihak kepada korban dan penyitas kekerasan seksual.

“Harapannya, dengan visi Kendari sebagai kota yang menuju layak anak, Pemerintah juga harus mempunyai platform bagaimana mereduksi tingkat kekerasan terhadap perempuan dan anak di kota ini. Salah satu platformnya mungkin dengan sosialisasi dini kesehatan alat reproduksi dan kekerasan seksual terhadap anak,” kata Hasmida.

“Kemudian juga pada ruang publik itu bisa menciptakan suasana aman dan ramah, seperti disekolah-sekolah bisa saja dipasangkan cctv, kemudian guru diberikan edukasi mengenali bentuk kekerasan yang bisa terjadi terhadap anak,” pungkasnya.

Baca Juga :  Pembangunan Berkelanjutan Menjadi Syarat Mutlak Terwujudnya Kota Layak Huni

Untuk diketahui, Alpen Sultra adalah wadah organisasi perempuan yang memperjuangkan hak-hak perempuan dan kelompok marginal lainnya di segala bidang pembangunan. Salah satu tugasnya adalah meningkatkan kesadaran publik bahwa hak-hak perempuan adalah hak asasi manusia. Oleh karena itu, kekerasan terhadap perempuan adalah pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

Dalam menjalankan tugas tersebut, Alpen Sultra setiap tahunnya melakukan kegiatan kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (16 HAKTP) yang di peringati setiap tanggal 25 November hingga 10 Desember. (RED)