Bekerja, Berdoa, dan Berserah Diri Menjadi Prinsip Dasar Seorang Danrem 143/Ho Kendari

Kendari, Sorot Sultra – Komando Resort Militer (Korem) 143/Haluoleo (HO) Kendari yang saat ini membawahi 4 wilayah Komando Distrik Militer (Kodim) yakni, Kodim 1412/Kolaka, Kodim 1413/Buton, Kodim 1416/Muna, dan Kodim 1417/Kendari, serta satu Batalyon Tempur yaitu Batalyon Infanteri (Yonif) 725/Woroagi, mempunyai tantangan besar dalam menjaga stabilitas keamanan di wilayah hukum Sulawesi Tenggara.

Menghadapi tantangan itu, Korem 143/Ho Kendari tidak hanya butuh seorang Pemimpin yang berkarakter, akan tetapi harus mampu menentukan ke mana biduk Komando akan dibawa, seperti sepenggal ungkapan dari Chinese Proverb, “An army of a thousand is easy to find, but ‘ah’ how difficult to find a general“.

Biduk Korem 143/HO Kendari yang kini diemban oleh mantan Komandan Pusat Pendidikan Intelejen (Danpusdik Intel) Kodiklat TNI-AD di Bogor, dan pernah ditempa pada Akademi Militer Magelang hingga tahun 1991 ini, mencoba menjadikan unsur TNI-AD sebagai eksponen penting bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak hanya membumi di masyarakat, namun tetap menjunjung tinggi nilai luhur yang selama ini terpatri dalam hati sanubari setiap Prajurit.

Baca Juga :  Mahasiswa KKN FISIP UHO Gelar FGD Cegah Politik Uang di Desa Lawoila Konawe Selatan
Danrem 143/HO Kendari, Kolonel Arm. Dedi Nurhadiman, S.Ip.

Untuk merefleksikan semua itu, Kolonel Arm. Dedi Nurhadiman, S.Ip, Perwira kelahiran Pasaman, Sumatera barat, 50 tahun silam ini, tidak pernah lupa mengingatkan prajuritnya akan eksistensi seorang pelindung Masyarakat dan Negara, dimana menjadikan keberanian sebagai panglima, serta keseriusan dalam menjalankan tugas sebagai bendera, agar seiring waktu, mereka akan paham arti dari sebuah proses.

Bukan hanya itu, segudang prestasi dan pengalamannya semenjak bertugas di lapangan, hingga terpilih sebagai Kajasdam Iskandar Muda pada tahun 2014, coba diteruskan kepada seluruh prajurit yang kini Ia nahkodai. Salah satu hal coba dirombak oleh sosok tegas yang mengawali karir di Batalyon Armed-5/TRK Kodam III Siliwangi, yakni mengubah pakem seorang pemimpin, yang selama ini melihat jajaran di bawahnya sebagai pelayan semata.

“Belajarlah hidup melalui proses agar kita tidak menjadi orang yang sombong dan lupa diri, dan saya juga tidak usah dilayani, karena tugas saya sebelumnya adalah melayani, jadi Saya paham dan tahu bagaimana melayani diri sendiri”, kutipan saat memberikan Jamdan pada seluruh jajaran Kodim 1412/Kolaka, pada Jum’at, (5/12/2018) lalu.

Baca Juga :  SMSI Tetap Mencermati Secara Serius Soal Penundaan Pembahasan RUU Klaster

Pernyataan tersebut seakan memberi pesan, bahwa jajarannya harus berani muncul melawan arus dan mendobrak kepalsuan yang terlanjur serius menjadi dogma, agar mereka tidak gampang takluk oleh kegagalan, dan terus menciptakan momen kebangkitan, sejalan dengan sebuah ungkapan dari seorang Franklin D. Roosevelt, bahwa “The Only Thing We Have to Fear is the Fear Itself“.

Ini dibuktikan dari gaya hidup mantan Asintel Kodam IV/Diponegoro yang tetap santun dan bersahaja dalam kesehariannya saat bersama para prajuritnya, bahkan terkadang terselip guyonan untuk mencairkan suasana tanpa memandang pangkat dan jabatan dari lawan bicaranya, namun suasana akan berubah serius ketika pembahasan menyangkut kepentingan Negara, Masyarakat dan Anggotanya.

Ia menganggap bahwa pencapaian TNI-AD, haruslah dimulai dari tingkat mata anak panah, khususnya di tingkat Babinsa yang senantiasa menjalin sinergitas dengan tokoh agama, masyarakat, pemuda, dan Pemerintah Daerah perlu tetap terjaga, bahkan sedapat mungkin lebih ditingkatkan lagi, karena stabilitas keamanan akan memberikan penguatan dalam pencapaian program pemerintahan di daerah.

Baca Juga :  Ketua Umum PWI Pusat Maju Dalam Pilkada Tulungagung

Ia juga berpesan bahwa setiap tindakan harus diawali dengan niat yang tulus, karena kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi besok, terlepas orang lain akan menilai bagaimana hasil pekerjaan kita, karena momen tidak akan pernah datang dua kali, maka manfaatkanlah semaksimal mungkin. Hal ini setali tiga uang dengan pernyataan Ali Bin Abi Thalib. RA, bahwa “Angin tidak berhembus untuk menggoyangkan pepohonan, melainkan menguji kekuatan akarnya”.

Apapun yang dicapai oleh prajuritnya, sebagai Komandan Ia siap disalahkan, jikalau pencapaiannya tidak sesuai ekspektasi, karena tanggung-jawab tersebut merupakan konsekuensi dari ruang lingkup kepemimpinannya. Sehingga pemegang motto “Bekerja, Berdoa, dan Berserah Diri” ini, sadar betul bahwa setiap tugas yang diembannya, tidak hanya dipertanggung-jawabkan kepada manusia sebagai esensi hidup keprajuritan di dunia, namun terlebih lagi Kepada Tuhan Yang Maha Esa. (RED)

Komentar