Warga Menjadi Korban Kearogansian Perusahaan Tambang Di Laonti

Kendari, Sorot Sultra – Seorang Nelayan warga Desa Tue-Tue, Kec. Laonti, Kabupaten Konawe Selatan, mengalami luka tembak di paha kanannya, setelah melakukan aksi boikot bersama ratusan nelayan lainnya terhadap kapal LCT, yang memuat alat berat milik PT. Gerbang Multi Sejahtera (GMS), pada Minggu (14/01/2017).

Aksi warga ini dikarenakan komunikasi antara perusahaan dan masyarakat Kecamatan Laonti, sampai saat ini belum menemukan titik temu, namun pihak perusahaan malah memaksakan kehendak untuk tetap memasukkan alat beratnya menggunakan LCT, dengan meminta pengawalan langsung dari pihak Kepolisian bersama TNI.

Akhirnya seorang nelayan menjadi korban dari senjata milik oknum aparat yang coba menghalau warga yang tengah menghalangi kapal LCT untuk sandar di pelabuhan, dan melakukan pembongkaran angkutan berupa alat berat milik perusahaan PT. GMS.  

Luka Tembak di Paha Kanan Sarman

Saat ditemui di rumah sakit, korbanpun menuturkan, “Awalnya, pada Minggu (14/01/2017), pukul 05.30 Wita, sekitar lebih dari 20 unit perahu nelayan, menghadang sebuah kapal LCT bermuatan alat berat milik perusahaan tambang PT. Gerbang Multi Sejahtera (GMS), yang ingin bersandar di muara Sangi-Sangi, Desa Tue-Tue, Kec. Laonti, agar tidak melakukan pembongkaran sebelum terlebih dahulu diselesaikannya kesepakatan dengan masyarakat setempat”.

Baca Juga :  Sandiaga Uno: Inovasi Syarat Memenangkan Era Digital

Dengan nada emosi ia melanjutkan, “Kami berteriak agar kapal itu mundur sebelum ada kesepakatan, namun mereka tidak mengindahkan, membuat beberapa warga tersulut amarahnya, sehingga terjadilah aksi pembakaran terhadap kapal, dan saya pun mengalami luka tembak”.

“Suara tembakan saya pastikan berasal dari atas kapal LCT Maranti 702, namun saya tidak tahu siapa pelakunya, akan tetapi kami melihat di atas LCT itu, ada 3 orang polisi, serta 7 orang tentara, dan setelah tertembak, saya langsung jatuh terduduk, tetapi saya tidak memperlihatkan ke teman-teman lain, agar perjuangan kami tidak surut”. Pungkas Sarman.

Hal ini dibenarkan oleh Hendrik, salah seorang perawat di Puskesmas Laonti, yang ikut mendampingi korban hingga ke RSUD Bahteramas, mengatakan, “Pasien datang dengan mengeluh sakit pada paha kanannya, setelah kami periksa ternyata ada luka tembak, karena peralatan medis di puskesmas kurang memadai, maka kami merujuk pasien ke RSUD Abunawas Kota Kendari.”

Hendrik melanjutkan, “Setelah memeriksa kondisi pasien, Pihak RSUD Abunawas akhirnya mengarahkan kami ke RSUD Bahteramas guna mengeluarkan proyektil peluru yang bersarang di paha pasien.”

Baca Juga :  Menpora Dito Ariotedjo Terima Audiensi PWI Pusat

Keluarga korban, Surdan yang turut menemani, juga mengungkapkan kekesalannya terhadap pihak perusahaan, “Dampaknya kan kita sudah ketahui bersama, apalagi masyarakat di desa Tue-Tue mayoritas mata pencahariannya adalah nelayan. Selama ini perusahaan ingin memberikan uang kompensasi sebesar Rp. 350.000 per KK, yang kami anggap itu tidak ada artinya dibanding dampak lingkungan yang mereka timbulkan”.

“Hingga saat ini, hak-hak kami sebagai korban juga belum jelas, bahkan komunikasi dari pihak perusahan belum ada sama sekali, maka saya mewakili keluarga, berharap agar pihak perusahaan bertanggung-jawab sepenuhnya atas apa yang terjadi,” Ungkap Surdan.

Adapun korban saat ini masih menjalani perawatan intensif di RSUD Bahteramas Kendari, dengan didampingi oleh pihak keluarga dan beberapa warga Desa Tue-Tue. (RED)

Komentar