Dari Panggung Debat ke Realitas: Mampukah Kandidat Penuhi Harapan Masyarakat?

Sorotsultra.com, Kendari-Debat publik dalam Pilkada selalu menjadi ajang yang dinantikan oleh masyarakat, bukan hanya untuk melihat retorika kandidat, tetapi juga untuk memahami visi, misi, dan solusi yang mereka tawarkan.

Di panggung debat, para kandidat diberi kesempatan memaparkan program-program unggulan yang diharapkan dapat menjawab kebutuhan daerah dan memenuhi harapan masyarakat. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah, mampukah janji-janji yang diumbar ini benar-benar diwujudkan? Ataukah debat publik hanya menjadi panggung politik sementara, yang sering kali tidak bermuara pada aksi nyata.

Retorika yang disampaikan selama debat memang terlihat menjanjikan, namun realitas di lapangan sering kali lebih kompleks dari apa yang disampaikan. Masyarakat tentu berharap kandidat yang terpilih mampu mengimplementasikan janji-janji tersebut secara konkrit. Tantangan birokrasi, keterbatasan anggaran, hingga konflik kepentingan bisa menjadi hambatan yang menyulitkan terwujudnya program-program yang dirancang. Oleh karena itu, penting bagi kandidat untuk mempertimbangkan aspek-aspek tersebut ketika membuat program, agar apa yang mereka tawarkan tidak menjadi sekedar wacana.

Banyak kandidat yang dalam debat, mengusung program-program populis yang terdengar menarik namun tidak realistis. Janji pembangunan infrastruktur besar, peningkatan layanan publik yang merata, atau perbaikan ekonomi daerah secara signifikan memerlukan perencanaan yang matang, waktu yang cukup, serta komitmen jangka panjang. Oleh karena itu, masyarakat dituntut untuk lebih kritis menilai apakah program tersebut dapat direalisasikan atau hanya sekadar ambisi yang sulit tercapai. Tanpa pemahaman yang jelas tentang anggaran, prioritas daerah, dan kendala lapangan, janji-janji ini akan berakhir sebagai angan-angan.

Baca Juga :  Budidaya Bitti Berbasis Pupuk Hayati Mikoriza Cocok untuk Perbaikan Lingkungan Pasca Tambang

Salah satu indikator yang dapat membantu masyarakat dalam menilai adalah transparansi dan detail dari program-program yang ditawarkan. Kandidat yang serius biasanya tidak hanya menyampaikan apa yang ingin mereka capai, tetapi juga bagaimana caranya. Rencana yang konkret, target waktu yang jelas, serta komitmen untuk melibatkan masyarakat dalam setiap proses pembangunan adalah bukti bahwa kandidat tersebut siap bekerja keras, bukan sekadar mengumbar kata-kata manis di atas panggung.

Debat publik seharusnya menjadi ajang bagi kandidat untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki rencana yang realistis dan dapat diwujudkan, bukan sekedar menjual ide besar tanpa dasar.

Pada akhirnya, kunci utama terletak pada akuntabilitas dan komitmen kandidat setelah terpilih. Masyarakat harus terus mengawasi dan mengingatkan bahwa janji yang disampaikan bukan sekadar strategi kampanye, tetapi kontrak moral dengan masyarakat.

Seluruh elemen masyarakat, termasuk media massa dan kelompok masyarakat sipil, memiliki peran penting mengawasi kinerja pemimpin terpilih. Dengan pengawasan yang konsisten dan evaluasi yang objektif, pemimpin diharapkan mampu menjawab harapan masyarakat dan mengubah janji menjadi kenyataan.

Baca Juga :  BOI Chapter Kendari, Wadah Sosial Bagi Pengguna Benelli di Sultra

Pilkada serentak 2024 bukan sekadar pemilihan kepala daerah; ini adalah momentum untuk membangun daerah dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat. Dari panggung perdebatan menuju kenyataan, perjalanan itu tidak mudah, tetapi masyarakat berharap pemimpin yang terpilih adalah mereka yang siap bekerja dengan aksi nyata. Hanya dengan komitmen yang tulus, transparan, dan tanggung jawab, pemimpin yang terpilih dapat memenuhi harapan masyarakat dan membuktikan bahwa janji mereka bukan sekadar retorika. (RED/Asriani, S.IP., M.A (Dosen Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan FISIP UHO sekaligus pengamat politik)

Komentar