Indonesia Timur Menjadi Sentra Nikel Nasional

Kendari, Sorotsultra.com-Industri nikel di Indonesia kembali ramai diperbincangkan. Hal tersebut ditandai dengan tingginya tren pengembangan dan penggunaan kendaraan listrik di dunia.

Permintaan nikel di pasar global pun diproyeksikan akan terus meningkat, seiring dengan penguatan tren energi baru-terbarukan (EBT). Permintaan nikel untuk teknologi energi bersih akan berkembang pesat hingga 20 kali lipat selama periode 2020 sampai 2040, berdasarkan prediksi IEA dalam laporan Southeast Asia Energy Outlook 2022.

IEA menilai hal ini merupakan peluang besar bagi negara-negara Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Filipina yang merupakan negara produsen nikel terbesar dunia. Nikel sebagai salah satu komponen penting dalam baterai kendaraan listrik mengalami peningkatan permintaan mencapai 3,04 juta ton pada tahun 2022, dimana tahun sebelumnya hanya sebesar 2,77 juta ton pada tahun 2021.

Fenomena ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara strategis yang dipandang dunia yang memiliki komoditas nikel terbesar di dunia, baik dari sisi produksi maupun sumber dayanya. Pada akhir tahun 2021, Indonesia telah memproduksi nikel sebesar 1.000.000 ton. Total sumber daya nikel Indonesia per tahun 2020 mencapai 143 juta ton nikel dengan persebarannya secara umum dominan berada di Indonesia bagian timur.

Baca Juga :  Bakti Polri Peduli Covid-19, Polda Sultra Bagikan Nasi Dos, Paket Sembako Hingga Masker

Berdasarkan jenis, nikel yang berada di Indonesia bagian timur ini adalah tipe nikel laterit. Tipe ini dapat diolah, baik menggunakan teknologi pirometalurgi yang umumnya menghasilkan feronikel dan NPI maupun hidrometalurgi yang menghasilkan MHP.

Sentrum nikel yang dominan terpusat dan tersebar di Indonesia bagian timur bukanlah tanpa alasan. Disana bijih nikel tipe laterit terbentuk dari proses pelapukan secara mekanik dan kimiawi yang berkepanjangan dari batuan dasar ultramafik berupa peridotit sebagai pembawa unsur nikel dan umumnya terjadi di daerah tropis dan subtropis, seperti New Caledonia, Australia, Filipina, dan Indonesia.

Pembentukan endapan nikel laterit berasal dari batuan peridotit yang mengalami proses pelapukan secara terus-menerus, sehingga menghasilkan mineral-mineral baru. Pada profil lapisan bijih nikel laterit, semakin ke bawah/dasar, kandungan nikel, magnesium dan beberapa unsur lainnya semakin tinggi.

Mengacu pada formasi batuan di Indonesia, endapan nikel laterit sebagian besar terbentang di wilayah Indonesia Timur, mulai dari Pulau Sulawesi, Provinsi Maluku Utara, dan Pulau Papua dan sebahagian kecil ada di Provinsi Maluku dan Pulau Kalimantan.

Baca Juga :  Rancangan Perpres tentang Tanggung Jawab Perusahaan Platform Digital untuk Mendukung Jurnalisme Berkualitas Sebuah Langkah Anti Demokrasi

Berikut beberapa wilayah penghasil nikel terbesar di Indonesia:
1. Sulawesi Tenggara: PT Antam UBPN, PT Macika Mada Madana (MMM), PT Gema Kreasi Perdana (GKP).
2. Maluku Utara: PT Trimegah Bangun Persada (TBP), PT Gane Permai Sentosa (GPS), PT Megah Surya Pertiwi (MSP).
3. Sulawesi Tengah: PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), PT Sulawesi Mining Investment.
4. Sulawesi Selatan: PT Vale Indonesia, PT Ceria Nugraha Indotama (Cerindo). (RED/Rofingatun-Teknik Metalurgi ITB)

Berita Terkait