Film Hati Kaghati, Momentum Cinta Bagi Keberlangsungan Budaya Lokal yang Mendunia

Kendari, Sorotsultra.com – Lembaga Bajo Bangkit bekerjasama dengan Direktorat Sejarah serta Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, resmi melaunching film Hati Kaghati di bioskop Hollywood Kendari. Kamis, 28/11/2019.

Parman, ketua lembaga Bajo Bangkit sekaligus Produser Film tersebut menuturkan, proses pembuatan ‘Hati Kaghati’ menelan waktu produksi selama empat bulan. Selama proses pembuatan film itu juga, dirinya sempat mengalami banyak kendala, mulai dari pra produksi hingga pasca produksi.

“Banyak tantangan dalam prosesnya, mulai dari kondisi kesehatan sang subjek yakni La Masili (Pembuat layang-layang) yang terkena stroke ringan saat itu. Kemudian, kru yang belum punya pengalaman dalam pembuatan film profesional bahkan kebanyakan mahasiswa magang, hingga tantangan pasca produksi untuk bisa meramu film agar layak ditonton. Namun, semua itu mampu dilewati,” beber Parman.

Parman mengaku, hal mendasar dirinya mengangkat film ini, karena Hati Kaghati (layang-layang purba) sangat monumental dan menggugah emosional. Selain itu, Hati Kaghati ini juga merupakan warisan daerah yang sudah mendunia.

Baca Juga :  Pemrov Sulawesi Tenggara dan PWI Pusat, Menindaklanjuti Penetapan Tuan Rumah HPN 2022 di Bumi Anoa

Bahkan Guinness World Records, pada 2016 lalu menobatkan Kaghati Kolope sebagai layang-layang terbesar di dunia yang pernah dibuat dan bisa terbang seukuran 5 meter. Sebelumnya, pada 2014, Museum Rekor Indonesia (MURI) menobatkan hal yang sama untuk ukuran 3 meteran pada Kaghati Kolope.

“Keadaan inilah yang menggugah lembaga Bajo Bangkit, menggarap film dokumenter berjudul ‘Hati Kaghati, Persembahan Cinta untuk Layang-layang Purba,’ dibawah arahan Tomy Almyjun Kibu, alumni Eagle Award Indonesia sekaligus Ketua Asosiasi Dokumentari Nusantara Provinsi Sultra,” jelasnya.

Foto bersama penonton dengan Produser Film Hati Kaghati seusai nonton bareng

“Kita berharap, ada kepedulian terhadap situs sejarah, film ini bisa diputar ke seluruh belahan dunia untuk memberi kabar tentang situs dan kekayaan budaya ini, juga bermanfaat bagi subjek dan upaya pelestarian sejarah. Tidak ada target bisnis dalam pembuatan film ini,” kata Parman.

Untuk diketahui, Hati Kaghati atau layang-layang purba asal Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, merupakan salah satu budaya yang telah menjadi peninggalan sejarah asli nenek moyang Suku Muna. Berdasarkan penelitian, layang-layang yang terbuat dari daun ubi hutan (Kolope) ini, telah berusia sekitar 5000 tahun. Klaim itu berdasarkan penemuan para arkeolog yang menemukan lukisan tua di dinding dalam goa di Desa Liangkobori, Kecamatan Lohia, Muna. (RED)