Kendari, Sorotsultra.com-“Saya mengajak dan mengimbau seluruh lapisan masyarakat di Sulawesi Tenggara untuk bersama-sama melestarikan bahasa daerahnya. Pelestarian bahasa daerah antargenerasi tidak hanya menjadi tanggung jawab para pemangku kepentingan, tetapi menjadi tanggung jawab bersama sebagai masyarakat Sulawesi Tenggara,” imbau pj. Gubernur Sulawesi Tenggara, Andap Budhi Revianto, dalam pembukaan Kongres Internasional IV Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara, Selasa (21/11).
Dengan melestarikan bahasa dan sastra, lanjutnya, Sulawesi Tenggara menjadi kuat. kurang lebih begitu arti tema Kongres Internasional IV Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara, “Tapalagi Bahasa dan Sastra, Sultra Mokora,” ujarnya.
Acara yang diselenggarakan selama 2 hari di Sahid Azizah Hotel & Convention Kendari ini merupakan hasil kolaborasi antara Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Prov. Sulawesi Tenggara. Kurang lebih 250 orang dari berbagai elemen masyarakat, seperti pemangku kepentingan, tokoh dan lembaga adat, komunitas, lembaga pendidikan, dan masyarakat umum ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Pj. Gubernur Sulawesi Tenggara menyampaikan terima kasih dan mengapresiasi atas terlaksananya kegiatan kongres ini. Menurutnya, keberagaman bahasa daerah merupakan simbol dari keberagaman kebudayaan di Indonesia.
“Kita jadikan pertemuan ini sebagai pertemuan yang bermanfaat dengan langkah-langkah, tunjukkan komitmen moral kita dan apa langkah kita untuk melestarikan bahasa dan sastra daerah. Harapannya kongres ini dapat melahirkan konsep kerja di tahun 2024 bagi pemerintah daerah agar menyusun kebijakan bersama dalam pemertahanan bahasa dan sastra daerah di 17 kabupaten/kota,” jelasnya.
Selain itu, Andap menawarkan dan mengharapkan dukungan para kepala daerah di Sulawesi Tenggara dan juga Badan Bahasa untuk membantu mengumpulkan arsip manuskrip terkait kekayaan bahasa dan sastra daerah. Selanjutnya, secara gamblang, ia menawarkan langkah pelestariannya, yaitu menjadikannya memori kolektif bangsa, kemudian ingatan kolektif nasional, dan akhirnya dapat menjadi memory of the world.
Dalam kesempatan ini, Kepala Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, Uniawati, menyampaikan ada sembilan bahasa asli Sulawesi Tenggara dan sebagian besar dalam kondisi terancam punah. Kepunahan bahasa daerah terjadi karena penuturnya tidak lagi menggunakan dan atau mewariskan bahasa daerah kepada generasi berikutnya.
“Kongres Internasional IV Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara ini bertujuan untuk mendiskusikan dan merumuskan berbagai persoalan menyangkut bahasa dan sastra daerah, mendorong dan meningkatkan pelestarian, pelindungan, dan pembinaan bahasa dan sastra daerah dalam bentuk penelitian sehingga dapat didokumentasikan dan disebarluaskan serta bermanfaat bagi masyarakat luas. Yang tidak kalah penting, harapannya kongres ini dapat melahirkan konsep pembelajaran bahasa daerah yang efektif yang dapat diimplementasikan kepada masyarakat, khususnya di Sulawesi Tenggara,” tuturnya.
Adapun para pembicara dalam kongres ini adalah sebagai berikut:
1. Prof. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph.D, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
2. Komjen Pol. Purn. Dr. H.C. Andap Budhi Revianto. Pj. Gubernur Sulawesi Tenggara.
3. H. Abdurrahman Saleh, S.H., M.Si. Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara.
4. Dr. Hery Yogaswara, M.Si. Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra, Badan Riset dan Inovasi Nasional.
5. Prof. Dr. Ir.H. Muh. Nurdin, MSc., IPU. ASEAN Eng. Rektor Universitas Muhammadiyah Kendari.
6. Horst Liebner, Peneliti Jerman.
7. Hywell Coleman, Leeds University, United Kingdom.
8. Arie Kriting, Pelaku Industri Kreatif, dan
9. Prof. Dr. Faruk H.T. Sastra, UGM. (RED)